Dua
perempuan Bali menari dalam aksi teatrikal pada salah satu demonstrasi
yang digelar ForBali di Geduung DPRD Bali pada awal Oktober lalu.
ForBali merupakan aliansi masyarakat sipil lintas sektoral yang
terdiri dari lembaga dan individu baik mahasiswa, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), seniman, pemuda dan individu-individu yang peduli
lingkungan hidup. Tergabung dalam ForBali yakni FRONTIER-Bali (Front
Demokrasi Perjuangan Rakyat Bali), KEKAL-Bali (Komite Kerja
Advokasi Lingkungan Hidup Bali), GEMPAR Teluk Benoa (Gerakan Masyarakat
Pemuda Tolak Reklamasi Teluk Benoa), Walhi Bali, Sloka Institute, Mitra
Bali, PPLH Bali, PBHI Bali, Kalimajari, Yayasan Wisnu, Manikaya Kauci,
Komunitas Taman 65, Komunitas Pojok, Penggak Men Mersi, BEM Universitas
Hindu Indonesia (UNHI) Bali, PPMI DK Denpasar, Eco
Defender, Superman Is Dead, Navicula, Nosstress, The Bullhead,
dan Geekssmile.
Kelompok ini tegas menyatakan penolakan terhadap rencana reklamasi di
Teluk Benoa yang hendak dilakukan PT. Tirta
Wahana BaliInternasional. Di atas Teluk Benoa, PT. TWBI berencana
membangun sebuah kawasan wisata terpadu yang dilengkapi tempat ibadah
untuk lima agama, taman budaya, taman rekreasi sekelas Disney Land,
rumah sakit internasional, perguruan tinggi, perumahan marina yang
masing-masing dilengkapi dermaga yacht pribadi, perumahan pinggir
pantai, apartemen, hotel, areal komersial, hall multifungsi, dan
lapangan golf.
Guna mempopulerkan kampanye penolakan terhadap rencana
reklamasi di Teluk Benoa, single Bali Tolak Reklamasi secara khusus
dibuat sejumlah artis Bali. Lagu yang diciptakan oleh personil Nostress
Band itu, dinyanyikan secara bersama sama oleh puluhan artis Bali
termasuk personil sejumlah band ternama seperti Superman Is Dead, The
Bullhead, Nymphea, dan Gold Voice. Untuk menggalang partisipasi
masyarakat dalam berbagai aksi penolakan terhadap rencana reklamasi,
video klip dari single Bali Tolak Reklamasi juga diunggah ke situs
youtube dan telah disebarluaskan melalui media social.
Salah seorang aktivis gerakan ForBali, Suriadi Darmoko, menyatakan
sangat bersyukur karena gerakan ini menuai banyak dukungan. “Kami ingin
gerakan ini semakin kuat. Tidak ada kepentingan politik apapun yang
melatarbelakangi gerakan ini. Ini murni kami lakukan untuk menyelamatkan
Bali dari investor yang ingin merusak Bali,” ujar Suriadi.
Di akhir orasinya, Happy Salma mengajak seluruh warga Bali dan
Indonesia untuk ikut berjuang agar reklamasi di Teluk Benoa tidak pernah
terjadi. “Kita kesini hanya ingin mengadu. Ayah Ibu dengar kami. Kami
rakyatmu, anak anakmu. Bila ingin lakukan sesuatu, dengarkan kami. Kami
sadar kami bukan siapa siapa. Kami hanya ikan teri di lautan. Tetapi
saya percaya kebenaran itu, walaupun kalah, dia kalah dengan bermartabat
dan terhormat,” Happy menegaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar